Rasa Takut


    
    Dulu sewaktu SMP, aku pernah terpilih untuk berpidato di depan lapangan sekolah. Sekolahku memang selalu mengadakan kegiatan pidato -bukan hanya pidato sebenarnya, ada juga bagian Master of Ceremony atau MC, tilawatul Qur'an,  dan doa yang dilakukan oleh para siswa setiap pekannya. Kegiatan itu bergilir dari satu kelas ke kelas yang lainnya. Dan untuk kelasku, aku yang terpilih untuk bagian pidato.

     Saat maju dan berdiri di depan lapangan, untuk pertama kalinya aku bisa menyaksikan ratusan pasang mata yang tertuju padaku. Dengan jelas mereka melihat ke arahku, semuanya menantikan penampilanku. Aku menghela nafas dalam-dalam dan mulai berpidato. Baru saja aku mengucapkan salam, semua yang ada di hadapanku tertawa. Aku bingung apa yang membuat mereka tertawa, apa karena ada yang aneh dengan bajuku atau gaya rambutku atau apa wajahku yang terlihat konyol? Tidak mungkin, seharusnya mereka sudah tertawa sejak awal aku berdiri. Lalu apa yang mereka tertawakan, padahal aku tidak sedang melucu. Aku masih berusaha melanjutkan, tapi kulihat mereka masih tertawa sambil berusaha menahan-nahannya. Dengan perasaan gugup, bingung, malu yang bercampur aduk, segera kuselesaikan tugasku. Setelahnya baru kuketahui ternyata mereka tertawa bukan karena baju atau rambutku, tapi karena suaraku yang cempreng dan terdengar aneh. Dari kejadian itu, aku tidak berniat lagi maju ke depan banyak orang apalagi harus menjadi pembicara atau semacamnya, kecuali suaraku tidak terdengar cempreng dan aneh lagi.

     Rasa takut itu terus membayangiku sampai beberapa tahun lamanya, bahkan saat aku ingin mencoba sesuatu ataupun saat aku melakukan sesuatu. Takut ditertawakan, takut terlihat jelek, takut salah, takut jika tidak sempurna, takut gagal, dan takut-takut yang lainnya. Pikiran-pikiran itu selalu terbayang-bayang di kepala yang membuatku semakin overthinking dan gelisah. Aku sudah banyak membaca quotes tentang melawan rasa takut, video tentang motivasi, dan lain sebagainya. Beberapa bisa memberiku semangat, tapi sisanya alih-alih membuatku semangat malah aku sedikit muak mendengarnya. Bukan salah quotesnya, mungkin memang karena tidak cocok denganku atau mungkin akunya saja yang sedang panas kepala. Jika sudah demikian, aku biasanya pergi berwudhu. Aliran dan usapan air yang datang membasahi sedikit bisa meredam pikiran-pikiran itu. Setidaknya bisa membuatku berpikir lebih baik dari sebelumnya.

      Padahal, aku tidak perlu takut untuk memulai, terlebih lagi terhadap apa yang aku sukai. Tapi, bukankah begitu sifat manusia ketika mau memulai sesuatu? Selalu saja ada perasaan takut yang menyelimuti. Belum lagi rasa takut itu ditambah dengan komentar-komentar menakutkan orang lain, kritikan pedas orang lain, dan diperparah dengan hinaan saat kita melakukan kesalahan atau kegagalan. Alhasil kita berpikir bahwa kita ini payah, tidak berguna, dan pecundang. Berhenti. Tidak perlu terlalu kejam menghakimi diri sendiri. Ingatlah, kita semua adalah pemenang. Bedanya, beberapa orang ada yang diberkahi menggapai kemenangan dengan mudah dan ada yang tidak. Ada yang tanpa usaha keras sudah bisa mendapatkan apa yang diingankan. Dan ada yang harus berusaha payah terlebih dahulu baru bisa mendapatkan apa yang diinginkan.

      Lagi pula, mereka yang dengan mudah mendapatkan apa yang diinginkan belum tentu mampu menghargai apa yang didapatnya. Sebaliknya, mereka yang bertekad kuat untuk menggapai mimpinya, biasanya bisa lebih menghargai apa yang sudah didapatkannya dengan penuh perjuangan. Makanya, Thomas Alva Adison pernah berkata :"Succes is 90 % perspiration and 10 % inspiration". Bahwa faktor terbesar orang-orang sukses itu adalah terus berjuang tanpa kenal menyerah. Disamping itu aku menambahkan, dan terus berdoa tanpa pernah kenal henti.

      Jadi, jangan takut lagi jika ada orang lain mengomentarimu, mereka hanya takut jika kamu sukses. Jangan takut bila ada yang menertawaimu, sebenarnya mereka sedang menertawai dirinya sendiri. Jangan sedih bila orang lain menghinamu, mereka hanya tidak mau mengakui jika kamu berhasil. Jangan risau bila ada yang mengkritik, tandanya ia peduli. Jangan marah bila ada yang membicarakanmu di belakang, mereka hanya iri melihatmu maju mendahului mereka. Pada akhirnya, setiap kita adalah pemenang, dengan garis akhirnya masing-masing. Maka, jadilah pemenang terbaik versi kita. Versi apa yang kita pikirkan dan apa yang kita inginkan.


Kota Angin,  Juni 2021

Hariry