Apa Pengorbanan Terbesarmu ?

 


   Sesekali, kita harus membaca kisah-kisah perjuangan orang-orang hebat di dunia. Selain bisa meneladani perjuangannya, kita juga bisa mengambil pelajaran. Karena mendekati hari Raya Iduladha, aku memutuskan membaca kembali kisah tentang Nabi Ibrahim 'alaihissalam dengan putranya Nabi Ismail 'alaihissalam. Walaupun sudah membaca atau mendengar kisah ini kesekian kalinya, tetap saja kisah ini luar biasa untuk dibaca -terlebih bagiku seorang muslim. Tentu berat bagi seorang Nabi Ibrahim 'alaihissalam ketika diperintahkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail 'alaihissalam. Nabi Ibrahim 'alaihissalam yang sudah sejak lama mengidam-ngidamkan kehadiran seorang anak itu harus mengorbankan anaknya, padahal Nabi Ibrahim 'alaihissalam baru memiliki anak ketika usianya sudah 86 tahun, sudah sangat sepuh. Namun, dengan rasa cinta dan ketakwaannya kepada Allah, Nabi Ibrahim 'alaihissalam dan Nabi Ismail 'alaihissalam menjalankan perintah itu. Sungguh pada akhirnya, Allah subhanahu wa ta'ala mengganti kedudukan Nabi Ismail 'alaihissalam -untuk dikurbankan dengan seekor kambing. Kemudian, peristiwa itulah yang dikenal sebagai sejarah kurban.

    Ya, kisah yang luar biasa. Banyak pelajaran dan hikmah yang bisa diambil di dalamnya. Salah satunya adalah mengenai pengorbanan. Dalam hidup, adakalanya kita harus mengorbankan sesuatu untuk menggapai sesuatu. Baik itu harta, barang kesukaan, waktu, tenaga, maupun jiwa kita sendiri. Di setiap perjuangan yang kita lakukan tentu akan ada pengorbanan yang kita berikan, dan tidak ada pengorbanan yang sia-sia. Seperti halnya Nabi Ibrahim 'alaihissalam, beliau harus mengorbankan putra tercintanya untuk menggapai keridaan Allah. Begitu juga Nabi Ismail 'alaihissalam yang rela dikorbankan demi rida Allah subhanahu wa ta'ala. Dan buah dari pengorbanan itu, keduanya mendapat derajat tinggi di sisi Allah subhanahu wa ta'ala. Khalilullah 'kekasih Allah', begitu julukan yang melekat pada Nabi Ibrahim 'alaihissalam.

    Kita pun demikian. Dalam hidup, banyak sekali pengorbanan yang kita lakukan, baik kecil maupun besar. Sebagai contoh kecilnya, sejak kecil kita sudah diajarkan kalau ingin membeli sesuatu yang harganya lumayan besar kita harus menabung terlebih dahulu. Uang saku yang seharusnya digunakan untuk jajan di sekolah, malah ditabung. Atau yang biasanya kita nongkrong sana sini, main sana sini, lebih memilih di rumah saja demi uangnya bisa ditabung.  Sikap kita yang tidak jajan di sekolah atau tidak ikut nongkrong sama teman-teman adalah bentuk pengorbanan kecil yang kita lakukan. Atau, saat ingin melanjutkan ke sekolah yang diinginkan. Kita belajar mati-matian mengorbankan waktu bermain dan berleha-leha demi bisa masuk sekolah atau kampus impian. Saat sudah bersekolah, belum lagi perjuangan untuk lulus, berapa banyak harta, tenaga, dan waktu yang dikorbankan hanya untuk selembar ijazah dengan predikat "lulusan terbaik". Atau juga, yang paling sering terjadi di kalangan anak muda, rela melakukan hal konyol dan memalukan demi bisa mendapat perhatian si dia atau sekadar membuat dia tersenyum -walau tidak sedikit yang pengorbanannya gagal dan lagi-lagi harus mengorbankan perasaannya tidak berbalas demi dia bisa bahagia (cinta bertepuk sebelah tangan).

    Lantas, apa arti pengorbanan itu? Bagiku, pengorbanan itu sangat berarti. Pengorbanan ada untuk memberi arti seberapa berharga atau tidaknya sesuatu hal. Makanya aku punya asumsi, seberapa berharga atau istimewanya sesuatu bagi seseorang, dapat diliat dari bagaimana pengorbanan yang ia lakukan. Coba tanyakan pada dirimu, sudah berkorban apa saja dalam hidup, dan untuk apa kau melakukannya. Itu bisa menjadi sedikit jawaban tentang apa yang berharga dalam hidupmu.
Pengorbanan itu bukan hanya soal materi. Bukan soal mewah atau tidaknya barang. Bukan juga dari banyaknya harta yang diberikan, melainkan dari seberapa tulus melakukannya.
Boleh jadi, apa yang kau liat biasa saja, tapi bagi orang lain itu terlihat istimewa. Bagimu mungkin memakai handphone android adalah hal biasa saja, tapi bagi segelintir orang di luar sana itu sangat istimewa bisa memiliki handphone walau bukan android. Bagimu makan di restoran adalah hal yang biasa, tapi bagi mereka yang biasa tidak makan berhari-hari itu sangat istimewa. Bagimu, berkurban kambing adalah hal yang biasa, tapi bagi mereka yang harus mengayuh becaknya setiap hari; mengumpulkan receh demi receh, hingga bisa berkurban seekor kambing adalah hal yang istimewa. Boleh jadi, apa yang kita anggap biasa, bisa jadi sangat berharga bagi orang lain karena perjuangan dan pengorbanan yang diberikan. Kita tidak pernah tau, seberapa besar pengorbanan seseorang untuk bisa mencapai apa yang kau anggap "biasa". Kita juga tidak pernah tau, apa yang kita dapat dengan mudah boleh jadi bagi sebagian orang butuh perjuangan yang besar.
 

     Maka, sejatinya bukan soal harta. Tapi tentang keihklasan, ketulusan, dan kesungguhan. Tidak perlu risau jika ada yang menilai perjuanganmu kecil karena tolak ukur materi, tidak perlu bersusah hati jika ada yang menganggap pengorbananmu tidak berharga sebab tidak mewah. Belajar dari kisah Nabi Ibrahim 'alaihissalam, bahwa Tuhan akan selalu menghargai setiap usaha yang kita lakukan. Bahwa Tuhan akan selalu memberikan sesuatu yang terbaik bagi mereka yang berjuang sepenuh hati, karena Tuhan selalu tau siapa orang yang hatinya tulus dan ikhlas.
Dari kisah Nabi Ibrahim 'alaihissalam kita bisa belajar, pengorbanan terbesar adalah ketika kita mampu menempatkan cinta kita kepada Allah, Tuhan Semesta Alam, di atas cinta kita kepada makhluk-Nya. Pengorbanan terbesar adalah ketika kita mampu mengalahkan ego keduniawian dan keinginan-keinginan nafsu. Pengorbanan terbesar adalah ketika kita tetap memberikan yang terbaik walau tidak pernah dihargai.

"Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim. Demikian Kami membalas orang-orang yang berbuat baik." (QS. Ash-Shoffat : 109-110)


Kota Udang,   Dzulhijjah 1442 H

Hariry


.

.

Referensi kisah kurban, bisa baca di :

Buku kisah para Nabi dan Rasul, atau
https://islam.nu.or.id/post/read/129822/sejarah-kurban-teladan-nabi-ibrahim-dan-nabi-ismail

https://islam.nu.or.id/post/read/121887/khutbah-idul-adha-pesan-kemanusiaan-nabi-ibrahim-dan-nabi-muhammad