Tangguh, Tumbuh, dan Merdeka

 
Merah Putih Berkibar. (60sixthroads foto/Zaidan Ardana)

    Negara kita ini, negara yang dulunya pernah dijajah oleh enam negara, dan salah satu negara yang menjajah paling lama adalah Belanda. Belanda menjajah Indonesia selama 350 tahun atau 3,5 abad lamanya, begitu penjelasan yang kita dapat saat masih duduk di bangku sekolah. Bukan tanpa sebab para penjajah ingin menguasai Nusantara -sebutan Indonesia saat itu. Nusantara dulu adalah negara yang kaya akan rempah-rempah, subur tanahnya, dan melimpah sumber dayanya. Nusantara juga berada dalam jalur perdagangan internasional yang strategis. Itulah mengapa mereka berbondong-bondong datang ke sini. Alih-alih datang untuk sekadar berdagang, ehh tanpa diduga kemudian mereka malah ingin menguasai. 

    Namun, bangsa kita bukanlah bangsa yang lemah. Bangsa kita bukanlah bangsa yang penakut, sekalipun alutsista musuh jauh lebih canggih, kita tidak gentar sedikitpun. Melakukan perlawanan demi perlawanan, pemberontakan demi pemberontakan untuk mengusir para penjajah yang serakah itu di bumi Nusantara. Beratus-ratus tahun berjuang, beratus-ratus tahun menjadi negara jajahan, beratus-ratus tahun juga bangsa kita menderita, hingga akhirnya pada tanggal 17 Agustus 1945, kita menyatakan diri  m e r d e k a.

Ya meskipun sudah memproklamasikan diri, tidak serta-merta menjadikan kita langsung terbebas dari cengkeraman para penjajah. Justru mereka semakin ingin mencengkeram kita lebih erat. Tapi lagi-lagi, bangsa kita adalah bangsa yang tangguh. Pertempuran Ambarawa, Bandung Lautan Api, Pertempuran Sepuluh November, Serangan Satu Maret, adalah bukti sejarah dari ketangguhan kita, Indonesia.

    Kini, 76 tahun sudah kemerdekaan Indonesia. Dan tahun ini ke-76 kalinya kita memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia. Lantas, apa hanya sebatas merayakan peringatan saja? Melakukan upacara bendera? Menyanyikan lagu Kebangsaan? Lalu setelahnya pulang dengan perasaan kosong? Aku rasa lebih dari itu. Hari Kemerdekaan sepatutnya menjadi momen bagi kita untuk meneruskan perjuangan yang belum selesai.
Perjuangan kita memang bukan lagi mengangkat senjata, bukan juga melakukan gerilya atau semacamnya, melainkan bagaimana tetap mempertahankan kesatuan dan persatuan. Perjuangan kita bukan lagi mengusir para penjajah, melainkan mengusir sifat-sifat "penjajah" dalam diri kita. Perjuangan kita bukan lagi merebut wilayah, melainkan berjuang mendapatkan hak-hak kita.
    Kita mungkin sudah merdeka dari penjajahan, tapi belum dengan ketidakadilan dan kesewenang-wenangan.

    
Kita mungkin sudah merdeka dari tanam paksa dan kerja rodi, tapi belum dengan pandemi, diskriminasi, dan korupsi.
    Kita mungkin sudah merdeka dari Spanyol, tapi belum dengan kemiskinan dan ketimpangan sosial.
    Kita mungkin sudah merdeka dari Jepang dan Belanda, tapi belum dengan sifat sombong dan angkara.
    
Kita mungkin sudah merdeka dari Portugis, Prancis dan Inggris, tapi belum dengan sifat egois dan apatis.

    Maka, perjuangan ini belum berakhir, kawan. Di luar sana masih ada hal yang harus di"merdeka"kan. Di luar sana masih ada hal yang harus diperjuangkan. Jangan menyerah. Nyalakan kembali bara apimu, kobarkan semangat perjuangan para pahlawan. Saling merangkul dan bergandengan tangan. Kesampingkan kepentingan pribadi dan perselisihan. Dengan bersatu kita bisa wujudkan mimpi, bersama-sama membangun negeri dengan lebih baik lagi. Bersatu kita bisa hadapi pandemi ini. Bersatu kita tangguh, bersatu kita tumbuh, bersatu kita merdeka.

Dirgahayu ke-76 Indonesiaku, lekas pulih. M E R D E K A !!

Kota Udang,    Agustus 2021

Hariry

.

.