Serba Otomatis dan Instan

https://www.poskata.com/wp-content/uploads/2020/05/000030-01_arti-pengertian-globalisasi_peta-dan-figurine_800x450_cc0-min.jpg.webp

    Beberapa minggu terakhir ini, aku mengikuti praktikum tentang otomasi disrupsi. Jika kamu membayangkan aku memakai jas praktek lalu membawa alat serta bahan perlengkapan dan berada di sebuah laboratorium atau workshop, kamu salah besar. Praktikum ini diselenggarakan secara online melalui kanal zoom. Alhasil, tidak ada memakai jas praktek, tidak ada ke laboratorium ataupun workshop, cukup memakai baju rapih dan celana kolor sambil mendengarkan dosen berorasi praktikum sudah berjalan. Walaupun demikian, aku tetap berusaha mengikutinya dengan baik -karena kebutuhan mata kuliah. Sesuai namanya, otomasi disrupsi akan berkaitan dengan sistem otomatisasi dan disrupsi dalam dunia perindustrian. Baik itu industri pengobatan, industri otomotif, industri pertambangan dan perminyakan, industri makanan, industri pertanian dan perkebunan, maupun industri kontruksi. Sejujurnya, aku tidak paham mengenai hal itu, bahkan setelah mengikuti praktikum sekalipun aku tetap tidak paham juga.

    Tapi, ada satu hal yang aku pahami -setidaknya ada yang aku pahami walau tidak berkaitan dengan mata kuliah. Makin kesini, kemajuan teknologi makin memudahkan kita. Segala hal yang dulunya dilakukan secara manual oleh manusia, kini bisa dilakukan otomatis dengan mesin. Hal yang dulunya masih berupa fantasi, kini sudah menjadi realitas. Surat tergantikan oleh handphone, koran dan majalah tidak diperlukan lagi, sepeda berganti kendaraan bermotor, sidik jari bisa dipakai untuk absensi dan kunci sandi pribadi, jika tersesat di jalan tinggal tanya saja aplikasi, bahkan berbelanja, pesan makanan, bayar cicilan hanya perlu menggerakkan satu jari, dan lain sebagainya. Kita yang dulunya berawal dari sekelompok manusia nomaden yang berburu-pengumpul untuk bertahan hidup, lalu menjadi sekelompok manusia menetap yang bercocok tanam dan berternak, lalu akhirnya menjadi sekelompok manusia yang bekerja kantoran mencari uang untuk bertahan hidup. Semuanya berkembang semakin instan. Dan iya atau tidak, segala sesuatu yang instan memiliki efek samping.

    Contohnya, dengan makin berkembangnya kemudahan gambar modelling, kita tidak perlu terlalu bisa menggambar untuk bisa mendesain sesuatu. Tinggal menggunakan aplikasi dan segala tools di dalamnya, gambar kita bisa presisi dan proposional. Tapi lihat efek sampingnya, kita jadi sulit ketika menggambar di atas kertas kerja atau kanvas. Atau, dengan kemudahan transportasi, kita tidak perlu berjalan berkilo-kilo meter ke tempat tujuan. Tinggal naik kendaraan bermotor, lalu sampai tujuan tanpa perlu kelelahan. Tapi lihat efek sampingnya, kita jadi mudah lelah padahal hanya jalan beberapa meter saja. Atau, yang paling jelas dengan kita, tulisan ini. Kita tidak perlu lagi menulis di buku atau kertas, tinggal mengetik di aplikasi pencatat tulisan kita sudah tertata rapih lengkap dengan jenis font-nya. Tapi lihat efek sampingnya, tangan kita jadi kaku menulis yang akhirnya membuat tulisan kita tidak tertata rapih -terkadang tidak bisa dibaca. Atau juga, dengan adanya handphone dan sosial media kita bisa berkomunikasi dan berinteraksi dengan banyak orang tanpa perlu susah payah bertemu langsung, tinggal kirim pesan atau videocall kita bisa mengobrol. Tapi, kita lupa bahwa dunia maya bisa berdampak negatif pada diri kita jika tidak terkontrol. Pada akhirnya, kemudahan tidak selamanya mudah.

    Lalu, apakah kita harus menghindari itu? Hmmm, rasa-rasanya tidak mungkin. Kecuali, kita rela mengisolasi diri dalam gua dan hidup apa adanya dalam keterbatasan. Mau bagaimanapun juga kita harus mengikuti perkembangan zaman, jika tidak ingin dilibas habis olehnya. Terdengar mengerikan memang, tapi benar adanya. Maka, yang perlu kita lakukan adalah menanamkan prinsip dan mindset, begitulah pesan para guru. Prinsip untuk tetap memegang pada keyakinan dan norma-norma serta mindset untuk mau belajar. Karena dengan itu, jika kita mempunyai prinsip teguh dan mau belajar dengan benar dan baik, apapun perkembangan zamannya kita tidak akan menemui masalah, entah mau menggambar menggunakan tablet atau kanvas, entah mau naik motor atau jalan kaki, ataupun mau menulis di laptop atau di kertas. Zaman boleh saja instan, tapi kita tetap berproses. Karena pada akhirnya, yang berproses akan tau caranya bertahan meski dihantam berkali-kali.

 

Kota Udang,    September 2021

Hariry

.

.