Rain

 15+ Gambar Gif Hujan Turun - Romi Gambar

     Kala itu, hujan datang membasahi bumi dengan derasnya. Sudah seminggu terakhir ini, hujan selalu menyambangi bumi, mungkin karena ia sudah tidak kuat memendam rasa rindu pada bumi, makanya ia sering sekali datang. Bercanda, bukan begitu, memang karena sudah memasuki musim penghujan saja. 

    Aku berdiri di penjemuran asrama sendirian. Menikmati senandung nada gemericik yang dihasilkan dari tiap rintik air yang jatuh ke bumi, sambil memerhatikan orang-orang yang berlalu-lalang di jalanan depan asrama. Sesekali aku memejamkan mata dan menghirup udara sebanyak-banyaknya. Ahh, rasanya sejuk sekali. Aku merasa damai dan tentram. Cukup bisa membuatku sedikit tenang dari pikiran tentang keduniawian. Di jalanan, terlihat beberapa orang berbondong-bondong mencari tempat untuk berteduh, entah itu di pinggiran toko entah juga di bawah pohon rimbun. Sebagian dari mereka lekas memakai jas hujan atau payung dan sebagian yang lain tetap di sana menunggu hujan reda -mungkin mereka tidak membawa payung ataupun jas hujan.

    Entah dari mana, aku kepikiran, sampai sebegitunya manusia menghindari hujan. Saat hujan tiba, buru-buru menepi dan memakai pelindung hujan -payung atau jas hujan. Sejak kapan kita bersikap begitu? Padahal sejak kecil kita selalu riang gembira saat hujan tiba, saking gembiranya kita tidak takut masuk dalam pelukan hujan yang deras sekalipun hanya untuk bermain di dalamnya. Berlarian ke sana kemari, berloncat-loncat, bahkan sampai berguling-guling di tanah. Namun, sepertinya sudah menjadi hal yang lumrah ketika turun hujan kita begegas menepi atau memakai pelindung. Agar tidak menambah beban cucian, katanya. Aku setuju untuk urusan itu.

    Tapi, bagi beberapa orang yang sedang dilanda patah hati, stigma hujan berubah menjadi stigma kurang menyenangkan. Ironi memang, hujan yang dulunya riang gembira berubah menjadi cekam dan pilu. Entah benar atau tidaknya, dan entah darimana asal muasalnya ketika hujan turun seakan-akan mengingatkan kita pada kenangan-kenangan pahit di masa lalu. Alhasil, sebab hujanlah mereka yang patah hati mulai merana dan galau tidak karuan. Padahal kalau dipikir-pikir, hujan adalah sebuah jawaban dari pengharapan tumbuhan yang mulai kering dan layu. Ehh sebentar, atau jangan-jangan sebab mereka galau merana adalah karena masih menaruh harapan pada sang mantan?  Berharap hujan membawanya kembali ke masa-masa indah dulu? Terdengar mustahil, tapi jika kamu tau kita bisa belajar darinya, bahwa setiap rintik hujan yang jatuh ke bumi mengajarkan pada manusia, bahwa ia tidak pernah takut untuk jatuh dan hancur. Ia tau bahwa saat menyentuh permukaan bumi ia akan hancur berkeping-keping, tapi ia tidak takut. Karena ia tau apa yang ditakdirkan untuknya itulah yang terbaik.

    Jika memang kenangan pahit itu datang saat hujan tiba, ingatlah satu hal. Bahwa rahmat Tuhan selalu datang bersamaan dengan turunnya hujan. Maka berdo'alah, agar Tuhan juga merahmati dirimu. Hingga pada akhirnya, kita bisa bernafas lega dan bersyukur dengan turunnya hujan. Bernafas lega karena bisa menerima segala kenangan pahit dan memeluknya. Bersyukur dengan keadaan sekarang yang lebih baik.

    Intinya, aku menyukai hujan. Sepi, damai, dan menyegarkan. Waktu yang cocok untuk merilekskan badan dan menjernihkan pikiran. Jika aku boleh bertanya padamu, apakah kamu juga menyukai hujan?, atau jangan-jangan kamu malah membenci hujan?. Suatu saat jika hujan tiba, cobalah berdiri di depan teras rumahmu. Pejamkan matamu sejenak, biarkan tiap hembusan angin menerpa wajahmu. Rasakanlah. Aku yakin kamu merasakan apa yang aku juga rasakan, yaitu k e d a m a i a n.

 

Buntet,  Januari 2020

Hariry

.

.

.