Perjalanan

    Aku suka perjalanan. Yang mungkin bagi kebanyakan orang adalah hal yang membosankan dan melelahkan. Bukan hal menarik melakukan perjalanan tanpa kendaraan atau dengan angkutan umum yang berdesak-desakkan, asap rokok di mana-mana, ditambah pula dengan aroma keringat para penumpang yang saling beradu. Bisa-bisa bagi yang tidak terbiasa dengan hal itu membuatnya mual lalu muntah sembarangan. Huh, memang sangat tak menyenangkan. Namun, hal itu tak berlaku jika mempunyai kendaraan pribadi, mobil misalnya plus dengan supir pribadinya.

        Terlepas dari hal itu semua, aku menyukai perjalanan walau tak bisa kupungkiri sesak, panas, dan lelahnya. Itu karena di satu sisi dalam perjalanan seakan me-refresh otakku. Jika melihat tanah-tanah hijau, bukit-bukit yang menjulang, udara sejuk yang dihirup membuat segala keluh kesah dan kesedihan terangkat sejenak. Kadang idepun bisa muncul di kepala.

        Tapi bagaimana dengan perkotaan? yang penuh dengan gedung-gedung dan kemacetan?
Memang menyebalkan jika sudah terjebak kemacetan di tengah teriknya matahari. Mungkin tak akan bertahan lama di sana. Namun, sejenak di sela-sela cepatnya hidup di kota metropolitan, kemacetan bisa menjadi jeda untuk menenangkan diri di antara penuhnya kesibukan.

Entah di perjalanan manapun, aku atau mungkin kau pun bisa merasakannya.

Yang pasti di antara jalan yang dilalui,
di antara banyaknya orang yang ditemui,
di antara pohon-pohon, gedung, bangunan yang kau lihat,
Perjalanan memberikan pesan bahwa untuk tetap hidup dengan penuh makna.

 

 "Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebahagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur"
(Luqman : 31)

 

Kota Udang, Maret 2021

Hariry 

.